Filosofi Sistem Subak Di Bali

Subak Di Bali

Subak pada dasarnya adalah sistem atau tata pengairan untuk pertanian di Bali. Geografis pulau Bali yang didominasi gunung berapi menyediakan tanah yang subur yang dengan iklim tropis basah, membuat wilayah ini ideal untuk budidaya tanaman padi. Namun tinggi rendah tanah pertanian tidak sama mengharuskan pengelolaan air dengan baik. Untuk itu dengan membangun sistem saluran dan bendungan dapat mengatasi persoalan tersebut.

Sistem pengairan yang tepat guna di wilayah Bali atau yang dikenal  dengan nama subak sudah lama dilakukan oleh masyarakat Bali sehingga menjadi suatu budaya.

Bahkan UNESCO atau organisasi dunia di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan mengakui Subak di Bali sebagai bagian dari warisan budaya dunia.

Subak mencerminkan konsep filosofi Tri Hita Karana yang memiliki arti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan” yaitu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan alam lingkungan, dan Manusia dengan sesama.

Filosofi yang menyatukan alam roh, dunia manusia dan alam lahir dari pertukaran budaya antara Bali dan India selama 2.000 tahun dan telah membentuk budaya bercocok tanam yang demokratis dan egaliter di Bali.

Sistem subak telah dikenal masyarakat Bali sejak abad ke 11 Masehi sesuai prasasti Raja Purana Klungkung (994 Saka/1072 M) dan Lontar Markandeya Purana yang menceritakan asal Pura Besakih terdapat cerita mengenai pertanian dan irigasi (subak). Diperkirakan sistem subak Catur Angga Batukaru adalah yang paling tua di Bali.

Filosofi Subak Bali

Hasil tanaman yang bagus dan melimpah terutama tanaman padi yang merupakan bahan makanan pokok, oleh masyarakat Bali dipandang sebagai karunia Tuhan. Oleh karena itu masyarakat bekerja sama mengelola dan mengontrol air dengan baik agar dapat menghidupi tanaman padi.

Mereka melakukan kerja keras menaklukkan tantangan di pulau dengan gunung berapi dengan keterlibatan lingkungan alam, antar manusia dan Tuhan untuk mempertahankan kehidupan. Inilah filosofi yang telah mereka lakukan sejak dulu.

Subak bukan hanya sekedar sebuah sistem irigasi pertanian, lebih dari ini subak merupakan filosofi kehidupan bagi masyarakat Bali yang merupakan hubungan harmonis antara individu dengan alam semangat (parahyangan),dunia manusia (pawongan), dan alam (palemahan).

Subak bertujuan mempertahankan hubungan selaras antara alam dan spiritual. Sejumlah ritual perayaan, persembahan dan pertunjukan seni yang indah, yang menggambarkan harmonisasi konsep Tri Hita Karana. Segala permasalahan dengan air dibicarakan bersama, mulai dari pembagian air secara adil hingga penetapan waktu tanam dan jenis padinya.

Jika terjadi pelanggaran, maka sanksi akan ditentukan sendiri oleh warga melalui upacara yang dilakukan di tempat ibadah. Harmonisasi kehidupan yang akan menjadi kunci lestarinya budaya Subak. Baca juga Budaya Nama Orang Bali

 

Sistem Pengairan Subak Bali – Kanal Pengetahuan

You May Also Like

About the Author: Kanal Pengetahuan

Kanal Pengetahuan merupakan media diseminasi (dissemination) yaitu penyebaran informasi dan pengetahuan kepada publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *