Kepemimpinan Keselamatan (Safety Leadership)

Kepemimpinan Keselamatan (Safety Leadership)

Pengertian Safety Leadership (Kepemimpinan Keselamatan) adalah kemampuan pimpinan untuk mengerahkan dan menggerakkan seluruh bawahannya untuk mencapai target terciptanya budaya keselamatan kerja dalam organisasi. Operasional kepemimpinan keselamatan mengacu pada pembinaan keselamatan, kepedulian terhadap keselamatan dan pengendalian keselamatan.

Safety leadership menjadi kunci keberhasilan dalam membangun budaya keselamatan yang kuat pada industri berisiko tinggi seperti Pertamina, perusahaan penerbangan dan lain-lain, karena pengembangan keselamatan dimulai dari manajemen puncak dan tim manajemen dalam organisasi.

Safety Leadership

Mengapa setiap pemimpin dan calon pemimpin dalam setiap level organisasi di perusahaan harus mengembangkan dan memiliki safety leadership, terutama perusahaan yang memiliki resiko tinggi?

Pertama, karena pekerja safety bukanlah orang nomor satu di sebuah organisasi. 

Para pemimpin yang menduduki posisi-posisi teratas seperti manager – senior manager, vice president – senior vice president, jajaran direksi dan lain-lain yang memiliki otoritas dalam memimpin dan membuat keputusan.

Pekerja safety hanya bertanggungjawab sebagai advisor untuk memberikan masukan-masukan dalam bidang safety bagi organisasi yang di pimpin oleh para pemimpin. Jajaran pimpinan yang mampu menjalankan organisasi dan mereka yang menginspirasi mimpi-mimpi semua pekerja yang ada di organisasi.

Karena pekerja safety bukan pemimpin, maka para pimpinan tersebutlah yang harus memiliki safety leadership.

Kedua, sebagai pemimpin, mereka yang dimintai pertanggungjawaban atas semua yang terjadi di organisasi, termasuk kejadian yang tak diinginkan, salah satunya adalah kecelakaan.

“With great power comes great responsibility,” ujar Voltaire. Kecelakaan mungkin tidak murni kesalahan para pimpinan, tetapi melampaui soal siapa yang salah atau seberapa besar kesalahannya, sebagai misal ketika ada kecelakaan kereta api atau kapal feri, maka menteri perhubungan dapat saja dituntut rakyat untuk mundur.

Hal itu sudah menjadi konsekuensi seorang pemimpin. Jika seorang pemimpin belum dituntut secara moral, sosial maupun evaluasi kinerja saat ada kecelakaan, berarti ada problem akuntabilitas dalam organisasi, dan itu tidak bagus untuk organisasi.

Ketiga, seorang pemimpin adalah sosok yang berani bermimpi. 

Zero accident adalah mimpi. Kapan terakhir kita menutup tahun kinerja dengan kebanggaan yang sempurna karena kita mencapai zero accident? Kalau mau jujur, seluruh level pekerja sebenarnya merasa zero accident itu nyaris mustahil untuk dicapai.

Di dunia safety dan seluruh perusahaan di dunia pun masih diperdebatkan, apakah zero accident itu layak dijadikan KPI? Pandangan yang tidak setuju beralasan zero accident hanya bisa dicapai dengan zero defect, zero error, zero mistake dan zero imperfection.

Dalam filosofi manajemen yang memandang manusia dan organisasi sebagai learning entity (makhluk pembelajar) yang membolehkan manusia melakukan kesalahan, KPI zero accident itu dianggap kontradiktif.

Jadi, jika seluruh level pekerja apatis pada target zero accident, harapan ada pada pemimpin, sebab bagi pemimpin yang hebat, ada pepatah Arab mengatakan “ahlamul yaum, haqaiqul amsi” atau “mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok”

Jadi, pengertian safety leadership merupakan bagian dari kualitas kepemimpinan. Di perusahaan kelas dunia, safety leadership adalah bagian yang tak terpisahkan dari leadership value.

Pemimpin yang pandai dalam banyak hal, misalnya budgeting control, public speaking, technical knowledge, management skill serta lain-lainnya, tetap akan dipertanyakan kualitasnya ketika ia tidak mampu menunjukkan safety leadership.

 

Kepemimpinan Keselamatan (Safety Leadership) – Kanal Pengetahuan

You May Also Like

About the Author: Kanal Pengetahuan

Sekadar berbagi informasi dan pengetahuan sekitar kita secara singkat dan sederhana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *